KLIKKUNINGAN.COM- Jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Kuningan menunjukkan tren menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan setempat, pada tahun 2024 tercatat sebanyak 140 kasus, turun signifikan dari 170 kasus yang dilaporkan pada tahun 2023.
Kasus HIV/AIDS ini tersebar hampir di seluruh kecamatan di wilayah yang dikenal sebagai Kota Kuda.
Baca Juga:Peringati Hari Kartini, TK Pertiwi Kuningan Ajak Siswa Kenali Budaya Lewat Kunjungan EdukatifDesa Cimenga Kini Punya Instalasi Air Bersih, Diresmikan oleh Dandim 0615 Kuningan
Mayoritas penderita berasal dari kelompok Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), disusul oleh pengguna jarum suntik, pekerja seks komersial (PSK), serta waria.
Terdapat pula beberapa ibu hamil yang terdeteksi positif setelah menjalani pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan milik pemerintah, seperti Puskesmas.
“Syukurlah, jika melihat dari jumlahnya, kasus HIV/AIDS di Kabupaten Kuningan mengalami penurunan yang cukup berarti. Dari 170 kasus di tahun lalu menjadi 140 pada tahun ini. Kami berharap angka ini terus menurun di tahun-tahun mendatang. Pemantauan serta pengawasan lapangan tetap kami lakukan secara rutin dengan dukungan dari tenaga medis dan layanan di Puskesmas,” ujar Iud Sudirman, Subkoordinator Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kuningan.
Didampingi oleh stafnya, Nike, Iud menambahkan bahwa kelompok LSL masih menjadi yang paling banyak ditemukan dalam data penderita.
LSL merupakan laki-laki dengan penampilan fisik yang normal dan maskulin, namun memiliki ketertarikan seksual terhadap sesama pria.
Hal ini membedakannya dari waria, yang cenderung menunjukkan perilaku atau penampilan lebih feminin.
“Secara fisik mereka sama-sama pria, tetapi LSL biasanya terlihat macho, sedangkan waria tampil lebih ke arah kewanitaan,” jelasnya.
Baca Juga:Majalengka Makin Berkembang, Sukses Ekspor ke Tiga NegaraKeren, Wakil Ketua DPRD Jabar Bantu Siswa yang Ijazahnya Ditahan oleh Sekolah
Iud juga mengingatkan bahwa HIV/AIDS masih menjadi masalah tersembunyi di tengah masyarakat.
Banyak penderita yang enggan untuk mencari pengobatan karena takut mendapat stigma dan diskriminasi sosial.
“Kami juga menghadapi tantangan karena ada pasien yang sudah teridentifikasi positif tetapi menolak pengobatan. Ini berisiko menularkan virus ke orang-orang terdekat di lingkungannya,” tambahnya.
Sementara itu, Nike menjelaskan bahwa laki-laki masih mendominasi jumlah penderita dibanding perempuan, baik dari populasi umum maupun kelompok rentan.
“Sebaran kasus LSL cukup merata di semua kecamatan di Kuningan. Sedangkan untuk ibu hamil, mereka terdeteksi melalui berbagai pemeriksaan seperti tes penyakit menular seksual, hepatitis B, dan sifilis. Dari hasil tersebut, beberapa di antaranya diketahui positif HIV,” tutup Nike.